STUDI ANALISIS ISI SIFAT POSITIF MANUSIA DALAM TALK SHOW KICK ANDY PERIODE TAHUN 2011
"Kick Andy is one of the talk show programs in Indonesia that won attention of audiences, this program was also succeeded change the paradigm of the general talk show programs impression. This program a fusion between news conventional pattern with a creative presentation On Air, it’s raise actual issues interrelated directly to the public life. This event has received many awards in the humanitarian field, especially for the event category that contains the value of positive human nature, which aims to lead the audience to adopt positive behaviors required by the community.
This research is a quantitative study that aims to get a positive image of human nature contained in the talk show Kick Andy on Metro TV during 2011. This research using quantitative methods of Content Analysis. This research is divided into two types, verbal and non verbal communication.
This research refers to the theory of positive humanity's Carl L.Rogers about the positive nature of human that are divided into several indicators of openness to experience, self-adjustment, self-confidence and creativity. "
Judul diatas adalah hasil penelitian akhir kuliah saya dimana saya mengangkat masalah analisis isi yang saya ambil dari media televisi bila dihubungkan dengan ilmu psikologi dalam tataran ilmu komunikasi. Saya memilih teori kemanusiaa positif milik Carl L. Rogers tentang sikap positif apa saja yang termuat dalam diri manusia dan dapat diamati lewat verbal maupun no verbal apabila di kaji dari segi komunikasi.
Hampir semua stasiun televisi di
Indonesia, seperti TVOne, RCTI, METRO TV, Trans TV, TVRI atau SCTV memiliki
program Talk Show yang membahas masalah-masalah yang hangat
diperbincangkan oleh masyarakat. Tontonan ini rupanya mendapat respons yang
cukup menggembirakan dari pemirsa. Hal itu setidaknya bisa dilihat dari
perolehan rating atau share setiap acara. Tayangan Talk Show
seperti ini bahkan memiliki segmen pemirsa yang merata di masyarakat baik
pelajar, kalangan mahasiswa maupun orang tua.
Tinjauan tentang Talk Show pernah dibahas
dalam Jurnal Humaniora milik Ida Rochani Adi yang menyoroti tentang Talk Show
Amerika The Springer Show, dimana jarang ditemukan Talk Show yang menarik tanpa
menyisipkan unsur vulgar. Walaupun tayangan tersebut dikatakan Thrash
namun acara ini banyak memiliki peminat di Amerika, menurut Rochani ditemukan
realitas dimana bermoral atau tidak bermoralnya suatu acara tidaklah menentukan
minat orang dalam menonton tayangan televisi tersebut, karena berhasil atau
tidaknya suatu acara dalam masyarakat hal itu tergantung dari kekuatan sosial
acara tersebut.[1]
Tentu saja kenyataan itu banyak disesalkan oleh berbagai pengamat media apalagi
di Indonesia , dimana dapat diamati dengan jelas bahwa banyak Talk Show di
Media yang lebih menonjolkan unsur hiburan dan vulgar dibanding unsur edukatif
terhadap audiensnya.
Dalam jurnal yang lain tentang Talk Show
yang berjudul Talk Shows and Cultural Hierarchies, Jason Mittel mengatakan ,
“Respondents
often noted that talk shows were no less socially valuable than television in
general, which was noted as detrimental as a medium for distracting,pacifying
and commercializing audiences”.[2]
Dalam pengertian audiens acara televisi
sering mengamati bahwa tayangan Talk Show kadang-kadang tidak memiliki muatan
sosial positif dibanding tayangan televisi lainnya, audiens mengamati bahwa
tayangan tersebut kadangkala mengganggu, bersifat menenangkan, kadangkala
mengkomersialisasikan audiensnya. Hal ini tentu merugikan terhadap audiens
cerdas dan ingin berkembang.
Salah satu acara Talk Show yang
merebut perhatian khalayak dan merubah paradigma tersebut adalah acara
Talk Show “Kick Andy” . “Kick Andy” adalah sebuah tayangan berita yang
memadukan pola news konvensional dengan kreativitas pada On Air Presentation,
Mengangkat isu-isu aktual yang berkaitan langsung dengan kehidupan publik dan
dilekatkan pada bentuk acara televisi bernama Talk Show .
Acara Talk Show “Kick
Andy” dibawakan secara apik oleh Andy F. Noya. Dalam buku Menonton Dengan
Hati dikatakan bahwa “Kick Andy” menyajikan topik-topik sosial,
kesehatan, pendidikan, budaya dan masalah kemasyarakatan lainnya. “Kick Andy”
dirancang untuk memberikan inspirasi positif bagi penonton. Misalnya mereka
yang cacat tidak merasa terbatas dengan cacatnya, tidak merasa hidupnya hancur.
Sebaliknya mereka malah justru berprestasi, sehingga memotivasi penonton untuk
juga memiliki semangat hidup dan daya juang yang tinggi.
“Misi ini jelas
terlihat saat “Kick Andy” menampilkan tema penyakit stroke yang ditayangkan
pada Kamis (5 Juli 2007). Pada episode ini “Kick Andy” menghadirkan narasumber
penderita stroke, antara lain mantan penyiar Ebet Kadarusman yang pantang
menyerah untuk melawan stroke yang dideritanya bertahun-tahun. Selain masalah
sosial, ada pula topik yang mengetengahkan kekuatan cinta. Dalam salah satu
episode acara itu digambarkan seorang calon pilot yang mengalami
kecelakaan dan hampir seluruh bagian tubuhnya rusak, namun kekasihnya masih
setia mendampingi hingga mereka menikah dan hidup bahagia sampai sekarang,
setelah menonton acara tersebut banyak hal yang diterima pemirsanya seperti
dorongan untuk terus berjuang, bersemangat bahkan memberikan inspirasi untuk
lebih baik dalam menjalani hidup tentunya mengandung kandungan nilai positif.”[3]
Perjalanan
berikutnya, “Kick Andy” banyak mengetengahkan topik di berbagai bidang
kehidupan, dimulai dari persoalan sosial, pendidikan, kesehatan dan banyak lagi
persoalan di masyarakat yang sesungguhnya merupakan permasalahan bangsa. Acara
ini pernah beberapa kali mengangkat isu politik namun dikemas sedemikian rupa
sehingga tidak membosankan.
Acara Talk Show “Kick Andy”
pada bulan Maret 2011 bahkan dinyatakan sebagai program program Talk
Show berita terbaik dalam ajang Panasonic Gobel Awards (PGA) 2011 menjadi
pembuktian bahwa tayangan berbasis jurnalistik layak jadi hiburan menarik yang
dapat memikat hati masyarakat. Tak hanya programnya yang mendapatkan
penghargaan, dalam PGA ke-14, Andy F Noya Host acara tersebut kembali mendapatkan
penghargaan sebagai presenter Talk Show terbaik untuk kedua kalinya.
Penghargaan yang diberikan PGA kali ini melengkapi sederet penghargaan yang
pernah diterima “Kick Andy” dalam lima tahun terakhir, seperti Andy F.
Noya Mendapat Penghargaan "Press Card Number One" dari
Masyarakat Pers Indonesia yang tergabung dalam panitia penyelenggara peringatan
Hari Pers Nasional 2010.
“Sebagai bukti bahwa penerima adalah
wartawan profesional dengan kompetensi dan integritas tinggi, piagam KPI Award
2008 yang merupakan Program Televisi Talk Show terbaik , meraih
penghargaan rekor dari Museum Rekor Indonesia (Muri) karena dinilai acara “Kick
Andy” setia dengan tema-tema kemanusiaan. Acara Talk Show yang
dipandu Andy F Noya itu dinilai sebagai satu-satunya program televisi yang
menghadirkan sisi positif dan inspiratif di setiap episodenya dan beberapa
penghargaan lainnya”.[4]
Penghargaan terbaru yang diterima oleh
acara ini pada bulan Oktober 2011 adalah penghargaan khusus dari kementerian
sosial , dengan alasan bahwa Kick Andy mampu memberikan kontribusi positif bagi peningkatan
kesejahteraan sosial masyarakat Indonesia.[5]
Acara “Kick Andy” sendiri memiliki
grup di jejaringan sosial facebook, dimana tim acara akan membuat notes tentang
tema apa saja yang akan dihadirkan tiap minggu dan dari pengamatan penulis saat
ini medio Mei 2011 sudah tercatat 681.000 orang tercatat sebagai fans acara
tersebut dan aktif memberikan komentar tentang acara tersebut, sebagian besar
berkomentar bahwa acara “Kick Andy” bagus dan memiliki pesan yang baik
atau bernilai positif, yang membuat pemirsa yang menontonnya mempunyai semangat
positif dalam melakukan kegiatan dalam kehidupan mereka sehari-hari, acara ini
dikatakan mengilhami mereka sebagai penonton sekaligus penggemar acara
tersebut, animo masyarakat yang sangat tinggi dapat dilihat pula di website
“Kick Andy”.[6]
Tidak hanya tanggapan yang sangat positif
di grup jejaringan sosial facebooknya, web utama acara ini sepengamatan
peneliti juga sangat ramai dikunjungi dan peneliti membaca beberapa komentar
audiens yang sangat puas dan terilhami, dan hal ini juga dirasakan oleh
peneliti, dimana di era media yang sangat bebas seperti saat ini namun acara
sejenis yang meningkatkan pengetahuan akan sesama manusia atau yang mengiring
individu kearah sifat manusia seutuhnya secara positif seperti ini sangat
jarang ditemui.
Kekuatan acara “Kick Andy” adalah
pada tema dan content ( isi ). Presenter hanyalah unsur kecil yang
justru menjadi kelemahan. Itu karena Andy secara pribadi merasa tidak menarik
di depan kamera, tidak tampan, bergaya kaku, dan berambut kribo pula, “Kick
Andy” ini kental dengan unsur jurnalisme. Tim acara mengandalkan jaringan yang
dimiliki METRO TV, yakni reporter yang tersebar di banyak daerah yang kemudian
banyak memberi informasi untuk penayangan acara tersebut. Kekuatan lain “Kick
Andy” adalah, program ini mengasah kepekaan sosial dan selalu menyampaikan pesan
sifat manusia secara positif yang bersifat universal melalui narasumber yang
kemudian memberikan pernyataan-pernyataan yang bersifat motivasi positif untuk
pemirsa. Misalnya tentang tema kelamin ganda, kaki palsu, atau guruku pemulung.
Topik yang diangkat berimbas sangat luas. masalah kaki palsu ternyata banyak
sekali orang yang membutuhkan. Karena itu, muncullah gagasan untuk membuat
kegiatan ”1.000 Kaki Gratis Kick Andy” dan sudah terkumpul dana Rp 1 miliar
dari sponsor dari hasil pengumpulan simpati tersebut[7].
Acara tersebut memang disajikan dalam beberapa segmen dan memang menghadirkan muatan
positif di tiap acara nya, biasanya inti pesan itu ditayangkan di segmen ke
lima atau ke enam dari setiap episode hingga masyarakat dapat memahami nilai
apa saja yang menjadi tema acara setiap minggu tersebut.[8]
Apabila dicermati perkembangan acara televisi saat ini jarang yang menyentuh
nilai-nilai positif dalam kehidupan masyarakat dalam penayangan acara. Kajian
penelitian dalam konteks penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu pernyataan (statement) dan bahasa tubuh dari
narasumber atau bahkan dari pihak penyelenggara acara ( host ) dan VO (Voice
Over) , kadang kala sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan
kadang kala sebagai praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah nilai pesan
dalam acara tersebut.[9] Sifat
positif manusia yang dikandung dalam acara ini bila dipaparkan maka mengandung
makna bagaimana Talk Show “Kick Andy” dapat memberikan pemahaman lewat
tema, alur cerita bahkan komunikasi verbal (pernyataan) dan non verbal yang
terkandung dalam acara tersebut tentang sifat-sifat positif manusia yang
harus dipertahankan di dalam perilaku antar manusia . Menonton acara ini menurut beberapa
kalangan masyarakat yang diamati penulis lewat website resmi acara ini
menjelaskan bahwa dengan menyaksikan acara ini dapat menyadarkan kembali
tentang makna kehidupan bermasyarakat yang positif diantara pikiran-pikiran
negatif yang mempengaruhi seorang individu di sekitarnya, memberikan semangat
untuk berkarya dan berbuat hal positif untuk diri sendiri, lingkungan sekitar
bahkan dalam kisah-kisah “Kick Andy” tidak jarang ada yang mengharumkan nama
bangsa di kancah internasional baik dalam bidang eksak, seni dan banyak hal
yang tidak diekspos oleh media umum.
Peneliti
menemukan beberapa penelitian sejenis , penelitian dengan dasar analisis isi
kuantitatif pada kajian media elektronik yaitu penelitian milik J.Harnoto pada
tahun 2007 dengan judul Kategori Pesan Yang Muncul Pada Acara Parodi Politik
Ditelevisi, Harnoto mengambil sampel acara Newsdotcom episode Bulan Februari
2007 dengan kategori politik dan beberapa indikatornya. Indikator dalam
penelitian itu adalah penyataan yang terbagi dalam beberapa bentuk kategori
yaitu tokoh politik, pemerintah, masyarakat,pemeran tokoh dan bintang tamu
dimana dihitung berdasarkan jumlah tema pernyataan. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa pernyataan terbanyak adalah dari pemeran tokoh dalam acara
tersebut dan sasarannya lebih ke masyarakat, namun penelitian ini hanya merujuk
pada pernyataan ( komunikasi verbal) yang ditranskrip saja, tidak
mengamati bentuk non verbal dalam acara tersebut. Hal ini menjadi pijakan peneliti
untuk menggunakan metode yang sama yaitu analisis isi deskriptif namun
melakukan pengembangan penelitian tidak hanya menggunakan komunikasi verbal
(pernyataan) namun juga meneliti bentuk bahasa tubuh (komunikasi non verbal)
sebagai unit analisis utama dalam penelitian ini.
Dari
pemaparan di atas, Melihat animo masyarakat yang cukup tinggi untuk menonton
tayangan Talk Show “Kick Andy” dan mengamati komentar – komentar
masyarakat di jejaringan sosial dan website utama “Kick Andy” tentang makna
positif dalam acara tersebut maka penulis ingin menelaah lebih dalam tentang
apa saja sifat positif manusia yang digambarkan dalam acara tersebut hingga
menjadi bahan inspirasi seperti yang dijelaskan dalam blog/jejaringan sosial
milik acara ini yang terkandung dalam acara ini tiap episodenya yang terbagi
dalam kategori-kategori dimana peneliti mengambil kajian 2 episode untuk
kemudian dilakukan generalisasi sifat positif manusia dalam periode Tahun 2011.
[1] Ida Rochani Adi. Symbolic
Reality Of american Televisison: A case Study Of The Jerry Sprringer Show.
Jurnal Humaniora Edisi 2 Juni 2006 hal 199
[2]Jason Mittel. TalkShows and
Cultural Hierarchies.2003.Ebsco Publishing.Middlebury college.USA:Vermont.
[4]Pernyataan Andy F. Noya (April
2011) dalam website www.kickandy.com
bagian HotNews pada hari/tanggal Kamis, 05 Agustus 2010 16:41
[5] http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/10/28/138680/Kick-Andy-Raih-Penghargaan-Kementerian-Sosial
[6]Fans Kick Andy Show di Facebook
Page, http://www.facebook.com/pages/KICK-ANDY-SHOW/128067915804
15/03/2011 09.35
[7] Pernyataan Andy F. Noya seperti
yang dikutip oleh Dwi Agustriani (2008) dalam acara
Off Air Kick Andy di baruga A.P.Pettarani Makasar ( Makasar: http://terasimaji.blogspot.com/2008/07/kick-andy-dan-semangat-berbagi.html)
11 Juli 2008, jam 21:29
[8]Andy F. Noya, ”Tanggapan ANDY
F.NOYA atas PENGUSIRAN Penonton di KICK ANDY” http://www.kickandy.com/corner/5/21/2021/read/Tanggapan-ANDY-F.NOYA-atas-PENGUSIRAN-Penonton-di-KICK-ANDY
Minggu, 23 Januari 2011 09:07:00
[9] Michael Foucault (1972), dalam Erianto, Analisis Wacana: Pengantar analisis
teks media, (Yogyakarta LKIS, 2001) Hlm 73
Comments
Post a Comment